Saturday, July 31, 2010

TIMING

Ada satu saat dimana saya benar-benar pede dalam trading. Saya merasa sudah dapat intisari pelajaran KG. SD, BS, range, LSMA, dsb dsb, saya yakin sekali saya sudah dapat inti konsepnya.
Dengan konsep KGBS dan konsep arah dan batas saya trading, sangat simple menurut saya. Setiap harga ada di batas, perhatikan arah 8H, 8H SR apalagi kalau daily mendukung langsung OP, sabet sana-sini. Saya menyebutnya jurus ular.
Hasilnya, cukup impresif.... dan kalau giliran loss juga tak kalah impresif, hehehe. Tapi secara umum masih positif lah hasilnya.
Lalu ada masa tiba-tiba semuanya kacau, semuanya salah, dan saya mulai berpikir: hey, something's wrong here but I don't know what! Am I a trader or a sucker?
Kebetulan waktu itu tiba-tiba ada kawan yang kirimi saya message di fb, dia tanya tentang volatility dan market hours.
Dan itu mengingatkan saya sekitar setahun yang lalu waktu eyang KG pernah bilang kira-kira seperti ini: kuncinya trading gua sih sebetulnya waktu! SD, range dan segala macam itu cuma untuk memastikan kondisinya seperti apa di waktu itu.
Jadi sederhananya, kuncinya adalah: TIMING!
Selama ini saya ngga sadar apa artinya ini, bodoh sekali! Satu hal yang luar biasa penting selama ini saya abaikan.
Berangkat dari situ saya mulai benar-benar memperhatikan masalah ini dan menjaga ketat disiplin. Dari jurus ngawur sabet sana-sini berubah jadi jurus sniper: one bullet one kill, atau kalau jurus kapak 212 mungkin satu sabetan satu nyawa (sadis ga sih).

Oke, bicara timing sepertinya harus sedikit membahas tentang forex market itu sendiri. Siapa sih yang ada dibaliknya dan seperti apa mekanismenya.
Ini saya ada sedikit sharing berdasarkan apa yang saya tangkap dari ebook All About The Forex Market In The US.

Forex market sebenarnya adalah sebuah jaringan internasional para dealer.
Dealer disini maksudnya adalah institusi-institusi besar yang aktif dalam perdaganan valuta asing. Mereka ini tersebar di financial center yang ada di seluruh dunia dan saling terhubung satu sama lain, jumlah mereka juga terbatas. Mereka-mereka inilah sang market makers, atau penggerak pasar yang sesungguhnya, atau biasa juga disebut big boys. Transaksi yang mereka lakukan bisa dengan customer atau yang lebih sering terjadi antar mereka sendiri.

Dari semua financial center yang ada di dunia, tiga dengan volume transaksi valas terbesar ada di London dengan 32%, kemudian disusul New York 18%, dan Tokyo 8%. Tiga besar ini juga mewakili tiga zona waktu berbeda yaitu Eropa, belahan Barat, dan Asia.
London bisa menjadi yang terbesar karena disana terdapat sejumlah besar institusi finansial. Juga diuntungkan oleh lokasi yang berdekatan dengan financial market utama di Eropa, dan juga oleh letak geografis dan zona waktu.
London buka di saat financial center lain di Eropa juga buka, pagi di London berbarengan dengan jam-jam akhir market Asia dan Timur Tengah, dan siang di London berbarengan dengan market Amerika Utara yang besar.

Karena tersebar di seluruh dunia ini maka forex market aktif 24 jam setiap harinya. Tutup di satu tempat tetapi masih buka di tempat lain.
Dimulai di Asia Pasifik dari New Zealand, Australia, Jepang, Hong Kong, Singapura, kemudian bergerak ke Timur Tengah, lalu Eropa, dan terakhir Amerika.

Aktif 24 jam berarti kondisi pasar bisa berubah kapan saja mengikuti perkembangan yang terjadi dimana saja. Jadi pelaku pasar harus siap dengan segala kemungkinan setiap waktu, bahkan ketika market sudah tutup di tempat dia berada.

Dalam 24 jam setiap harinya ini aktivitas pasar ternyata tidak selalu sama. Ada siklus waktu-waktu tertentu dimana ada kecenderungan aktivas sangat tinggi dan ada waktu tertentu dimana aktivitas relatif rendah.
Transaksi terbanyak terjadi ketika ada pihak-pihak yang potensial tersedia dalam jumlah terbesar.
Seller ingin sell waktu ada banyak buyer potensial, buyer ingin buy waktu ada banyak seller potensial.
Aktivitas sangat tinggi ketika market US dan Eropa buka, atau waktu pagi di US dan sore di London. Sekitar duapertiga aktivitas di New York terjadi di pagi hari dan umumnya menjadi lambat di siang sampai sore hari setelah market Eropa tutup dan sebelum Tokyo, Hong Kong dan Singapura buka.
Karena adanya siklus ini pelaku pasar akan cenderung kurang merespon perubahan yang terjadi di saat market sedang relatif sepi dan menunggu konfirmasi saat market besar dibuka. Beberapa institusi bahkan tidak terlalu peduli pada perubahan yang terjadi di waktu-waktu sepi.

Ini dia gambarnya:




Sekarang apa hubungannya ini dengan OP?
Ini menurut saya:
Trader seperti kita hanyalah trader kecil, sangat kecil malah, yang tidak punya power sedikit pun untuk menggerakan pasar. Market makers yang bisa melakukan itu dan kita hanya bisa mengikuti kemana arahnya.
Timing saat OP sangat penting agar kita bisa mengikuti (atau kalau salah posisi, terseret) arah arus yang terbentuk. Arus yang diciptakan oleh para market maker itu.
Hal ini akan menghindarkan kita dari OP di saat market sedang sepi dan terjebak di kondisi yang arahnya tidak jelas alias pental pentul teu puguh (di kondisi seperti ini arah LSMA sering mengecoh, saya sering alami ini btw). Mending kalau ada range cukup lebar bisa buy low sell high di BB, lha kalau range sempit? Sama spread juga sudah rugi.
Kecuali kita yakin betul dengan analisa kita dan mau membiarkan posisi terbuka dalam kondisi seperti ini sampai arahnya sesuai dengan analisa atau SL kena, saya pribadi memilih stay out.
Pergerakan dimulai dengan sebuah momentum. Untuk menciptakan momentum ini jelas dibutuhkan transaksi dalam jumlah besar. Transaksi jumlah besar berarti aktivitas market tinggi, ini kembali lagi ke masalah waktu atau timing. Analisa kita nantinya untuk memprediksi kemana arah gerakan harga di waktu itu.

Oke deh, segitu yang saya tahu soal timing. Saya kurang tahu apa ini yang dulu dimaksud sama eyang suhu atau bukan, tapi begitulah menurut logika saya.
Semoga bermanfaat.

Sunday, July 25, 2010

Belajar Dari Kesalahan

Belajar dari kesalahan katanya, atau banyak-banyak berbuat salah biar kita tahu itu salah dan belajar dari kesalahan. Itu yang saya ingat betul petuah dari Eyang Suhu.
Lagipula saya memang tipe orang yang harus learning by doing, alias harus praktek.
Cuma....
Ada satu saat dimana saya membuat begitu banyak kesalahan, dan fatal pula, di waktu yang saya pikir bukan waktunya lagi saya membuat kesalahan, saat yang sangat kritis yang urusannya bukan cuma menyangkut saya pribadi, tapi juga keluarga. Masalah hidup dan mati lagi!
Di saat seperti ini, ada rasa frustasi, down, dan saya mulai berpikir, damn, am I a sucker or what? Why do I keep making mistakes?
Ya Allah, apa memang begini proses belajar kali ya?
Jatuh sih harusnya lumrah, asal jangan semangat ikutan jatuh lalu terbang menghilang.
Cuma memang butuh usaha untuk menjaga semangat dan keyakinan ini tetap kuat.
Oh well, saya hanya akan lakukan semaksimal mungkin apa yang harus saya lakukan, sisanya, terserah Engkau ya Rabb.

LinkWithin

 

Cho