Sunday, September 26, 2010

Dibalik Sebuah Konsep, part 5

Linear Regression

Bismillah...

Lanjutkan lagi ah.....
Hal yang paling tricky (menurut saya lho) dalam analisa ada dalam membaca pergerakan harga. Untuk batas sebetulnya jauh lebih mudah karena dengan adanya konsep pemahaman ditambah indikatornya, semua bisa terlihat jelas.
Sementara untuk membaca arah lebih sulit karena perilaku para pelaku pasar itu sendiri sangat bervariasi. Ini sesuai juga dengan manifesto pertama KGers: kita tidak tahu kemana harga akan bergerak.
Begitu banyak perubahan-perubahan baik itu besar maupun kecil yang senantiasa terjadi pada pergerakan harga. Karena itu kita butuh satu tool, atau indikator, yang reliable untuk memudahkan membaca pergerakan harga ini.

Selain konsep rata-rata dan standard deviasi, ada juga satu konsep lagi yang disebut linear regression (apa ya bahasa Indonesianya, regresi linear?)
Linear regression ini (selanjutnya saya sebut LR saja yah) adalah satu pendekatan untuk menggambarkan hubungan antara variable y dan x, dan seperti kita ketahui pada chart forex y=harga, dan x=waktu. Jadi LR ini menggambarkan hubungan antara harga dan waktu.

Ngga usah ribet pake rumus-rumus ajaib deh, biar gampang pakai gambar saja.

Ini adalah gambar 24 jam terakhir:




Kemudian kalau dilihat average atau rata-ratanya, maka akan terlihat seperti ini:



Seperti yang sudah pernah dibahas, pergerakan 24 jam terakhir ini diwakili oleh satu nilai rata-rata, yaitu 1.5728.

Dan sekarang kalau dilihat dengan LR:



Garis LR menggambarkan hubungan antara harga dan waktu selama 24 jam terakhir. Bisa dilihat jelas bentuknya yang menanjak, dari situ bisa ditarik kesimpulan bahwa ternyata 24 jam terakhir ini harga bergerak naik.

Perbedaan yang sangat mencolok antara average dan LR adalah average tidak menggambarkan arah atau bentuk, dia hanya mengambil satu nilai rata-rata sebagai kesimpulan atau perwakilan dari data-data tersebut, sedangkan LR dengan jelas menggambarkan bentuk hubungannya seperti apa.
Maka dari sini bisa disimpulkan salah satu fungsi LR ini adalah untuk menggambarkan kecenderungan arah pergerakan harga dalam suatu periode.

Fungsi kedua dari LR ini adalah untuk memprediksi nilai y apabila ada data tambahan pada x. Jadi dalam forex LR ini untuk memprediksi harga pada waktu berikutnya.

Gambar lagi deh untuk aplikasinya:



Jadi setelah tadi kita dapatkan gambaran pergerakan 24 jam terakhir, maka bisa diprediksi dimana kira-kira posisi harga pada waktu berikutnya.

Cukup jelas yah sampai sini? Lanjut lagi nanti dengan LSMA.

Alhamdulillah...

Friday, September 24, 2010

Dibalik Sebuah Konsep, part 4

Arah dan Batas

Bismillah...
Lanjutkan lagi ngocehnya ah.
Dalam konsep analisa KG, dua hal dasar yang ingin diketahui adalah arah dan batas. Karena itu indikator utama yang digunakan juga mengikuti prinsip arah dan batas tersebut.
Tapi pertama harus dipahami dulu bahwa tidak ada yang bisa membatasi atau mengarahkan harga, semuanya tergantung pada tindakan para pelaku pasar.

Sekarang tentang pembatas dulu.
Fungsi pembatas ini sebetulnya untuk menentukan level-level yang mungkin akan dilalui harga dan mengukur sudah sejauh mana harga bergerak. Tentu saja perhitungan level ini juga harus ada dasar atau pendekatan yang valid (dalam hal ini harus diserahkan ke pihak berwajib sepertinya yah, orang yang paham matematika dan statitika maksudnya).
Jadi sebetulnya tidak tepat juga kalau dikatakan pembatas yah, maksudnya tidak tepat kalau kita menganggap fungsinya itu seperti tembok gitu. Karena pada kenyataannya tidak ada yang bisa membatasi pergerakan harga, semuanya tergantung para pelaku pasar sendiri.
Tidak level-level tersebut, tidak indikator, atau garis, atau apapun, yang bisa menyuruh pelaku pasar untuk open atau close position disitu, atau menyuruh harga terus atau balik atau diam, ya terserah mereka saja maunya apa.
Dan kita tidak tahu pasti tindakan apa dan apa yang mendasarinya yang akan dilakukan para pelaku pasar. (Atau dasar sayanya saja yang belum sampai kesitu ilmunya).
Makanya sering juga kita temukan kondisi dimana harga menurut indikator pembatas ini sudah jenuh atau terlalu jauh tapi ternyata toh harga masih bisa terus bergerak lebih jauh lagi, malah secara ekstrim.

Dan sekarang tentang pengarah.
Fungsinya adalah untuk membaca kecenderungan arah. Perlu ditekankan disini adalah membaca kecenderungan arah, jadi sama sekali bukan mengarahkan harga! Karena ya kembali lagi, tidak ada yang bisa menyuruh harga, atau lebih tepatnya pelaku pasar, untuk ini atau itu, untuk naik atau turun.

Konsep analisa BBMA dan KGBS menggunakan pendekatan yang berbeda dalam menentukan arah dan batas ini, namun secara teknis sebetulnya sama.
Jadi secara sederhana bisa dikatakan kita melihat kecenderungan arah harga, lalu lihat level-level yang mungkin dilalui harga, lalu lihat apa reaksi harga di level-level itu, apakah dia terus, atau berbalik.

Oke deh sepertinya cukup jelas yah prinsip dasarnya, lanjut nanti deh Insya Allah.
Alhamdulillah

Tuesday, September 21, 2010

Stretched and Counter

Bismillah

Pertanyaan paling sering setelah kita menganalisa chart adalah: kapan OP nih?
Kalau kita paham konsep analisa KG, kita akan tahu bahwa OP selalu berdasarkan kondisi. Jadi kita paham dulu kondisinya sekarang, jangan lupa lihat probabilitas arahnya kemana, lalu perhitungkan resikonya, jika buy maka stop loss disini dan jika sell maka stop loss disitu, target sih sebetulnya belakangan. Setelah itu baru OP. Hal ini sebetulnya sangat fleksibel, dikembalikan lagi ke style masing-masing. Mau ikutan trend kek, mau counter trend kek, atau mau sideways juga bisa-bisa saja sebetulnya.

Nah saya pribadi lebih menyukai prinsip strecthed and counter, alias counter trend, tapi bukan sembarang countertrend tentu.
Jadi intinya biarkan harga bergerak sejauh mungkin, atau biarkan pelaku pasar kehabisan stamina (yang notabene relatif tentu), lalu counter.
Untuk hal ini, ada 4 hal yang saya lihat (secara berurutan sesuai prioritas):

1. Timing
2. Range
3. Batas
4. Arah

4 hal itu harus memenuhi kriteria.
Timing, ada tiga waktu utama untuk OP: saat market buka, saat market telah mencapai peak-nya, dan setelah news.
Range: range harus memenuhi paling tidak 90% dari range rata-rata, lebih jauh lebih bagus.
Batas: batas yang digunakan sesuai prinsip KG tentang arah dan batas, bisa batas yang statis maupun yang dinamis. Aplikasinya adalah masuk sedekat mungkin dengan batas.
Arah: setelah tiga hal yang diatas memenuhi kriteria, tinggal menunggu konfirmasi arah. Saya menggunakan lsma dan heiken ashi sebagai penunjuk arah. OP sedini mungkin di saat ada tanda-tanda perubahan arah.

Nah itu adalah prinsip trading yang saya gunakan sekarang, sangat sederhana sebetulnya.
Oke, segitu dulu mudah-mudahan manfaat.

Alhamdulillah...

Thursday, September 16, 2010

Kenapa LSMA dan Harga Arahnya Berlawanan?

Ada satu pertanyaan konyol berkaitan lsma yang beberapa waktu lalu sangat mengganggu saya, terutama dalam kondisi sedikit panik karena posisinya terseret-seret :D
Pertanyaannya kira-kira begini: kenapa lsma-nya kesini kok harganya malah kesitu? Gelo siah!!!
Kenapa lsma naik harganya malah turun, atau lsma turun harganya malah naik?

Well, akhirnya saya sadar ternyata jawabannya adalah: KARENA LSMA ADALAH INDICATOR, BUKAN DIRECTOR!
Iya lah, dia sama sekali tidak bisa menyuruh-nyuruh harga untuk naik atau turun, nobody could!
Dia hanya menunjukan bahwa dalam periode ini atau beberapa jam ini kecenderungannya begini atau begitu, naik atau turun, atau sideways. Itu saja!
Jadi ya wajar kalau dia misalnya saat ini menunjukan kecenderungan arah adalah naik tapi harga tiba-tiba berbalik turun, atau sebaliknya. Karena ya itu, tidak ada yang bisa menyuruh-nyuruh harga untuk ini atau itu.

Sepertinya ini juga berlaku umum untuk semua indikator yah...

Wednesday, September 15, 2010

Dibalik Sebuah Konsep, part 3

Bismillah...
Melanjutkan konsep rata-rata dan standard deviasi.
Konsep rata-rata dan standard deviasi ini ternyata berlaku untuk untuk set data yang sudah lengkap dan tidak ada lagi penambahan, atau dengan kata lain set data yang sudah fixed.
Biar gampang saya gunakan acuan 24 jam saja sebagai contoh, untuk acuan waktu yang lainnya nanti sama saja caranya.
Misalnya kita ingin menghitung rata-rata pergerakan harga satu hari penuh sepanjang tanggal 13 September 2010, ya kita ambil data hari itu mulai dari jam 0:00 sampai jam 0:00 hari berikutnya, atau selama 24 jam, maka penyebaran datanya akan terlihat seperti ini:


Bollinger Bands dan Moving Average

Di sisi lain, harga di forex market tidak fixed, alias tidak statis, dia terus bergerak sejalan dengan waktu, jadi selalu ada penambahan data dari waktu ke waktu, dengan kata lain datanya bersifat dinamis.
Jadi perhitungan untuk set data yang sekarang beberapa saat kedepan sudah tidak berlaku lagi, karena sudah ada data tambahan yang masuk, atau datanya sudah berubah.

Misal seperti ini, 4 jam kemudian dari posisi tadi:



Ada tambahan data baru selama 4 jam, otomatis perhitungannya akan berubah, jadi seperti apa sih?
Kalau kita ambil lengkap, maka ada 28 jam yang kita hitung, jadi gambarnya akan terlihat seperti ini:



Tetapi validkah perhitungan seperti itu? Ya valid saja kalau kita memang mau menghitung rata-rata 28 jam terakhir.
Tetapi dalam konsep analisa KG, pergerakan harga dikategorikan berdasarkan satuan periode waktu, dan periode waktu ini pun berdasarkan siklus bisnis yang real terjadi di dunia (saya tidak akan bahas tentang periode waktu ini).
Jadi periode 28 jam ini jelas tidak memiliki dasar.

Jadi bagaimana solusinya?
Kita tetap menggunakan acuan 24 jam sebagai perhitungan, tetapi 24 jam yang bergerak dinamis. Artinya kita akan selalu menggunakan data 24 jam terakhir untuk perhitungan dan menggeser perhitungan data kita mengikuti data yang terbaru (duh, bingung nih bahasanya, mudah-mudahan bisa dimengerti).

Jadi nantinya pergerakannya akan terlihat seperti gambar ini:











Itu adalah gambaran pergerakannya 5 jam terakhir ini.
Kalau dilihat gambar itu satu persatu, yang terlihat adalah sekelompok data tersusun per 24 jam terakhir, dan tersebar disekitar nilai rata-ratanya.
Nah, data yang ada di tiap set, atau tiap kelompok itu sudah fixed, kecuali data yang paling akhir. Tentu saja karena dia masih bergerak, dia baru akan dianggap selesai pada jam berikutnya.
Tapi ini dia intinya, yaitu lihat posisi harga sekarang dan prediksi kemana kira-kira harganya akan bergerak nanti, berdasarkan probabilitas penyebaran data dengan konsep standard deviasi tentunya. Dapat pointnya yah?

Oke lanjut lagi, sampai yang tadi itu kita masih membaca data yang sudah fixed. Sekarang bagaimana sebetulnya cara kita membaca harga yang bergerak dinamis?
Nah disinilah kita menggunakan satu tool atau indikator yang merupakan manifestasi dari konsep rata-rata dan standard deviasi ini, namanya: Bollinger Bands.
Bollinger bands ini adalah moving average (MA) dengan bands standard deviasi diatas dan dibawahnya (ngapain juga gua ngomong yang ini ya, pastinya juga udah pada tau).

Di market forex harga bergerak seiring dengan waktu. Moving average ini umum digunakan pada data yang bergerak dalam interval waktu, dia memecah satu kelompok besar data menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk mendapatkan pola yang mudah dibaca dan masuk akal.
Dengan membaca pola itu, nantinya kita bisa dapat gambaran kondisinya seperti apa kemudian bisa diprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kalau aplikasinya di forex, kita dapat gambaran kondisi market sekarang, lalu memprediksi kemana harga akan bergerak selanjutnya.

Sekarang cara bacanya bagaimana?
Waktu kita melihat MA, sebetulnya kita sedang melihat pergerakan nilai rata-rata. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, nilai rata-rata ini merupakan satu kesimpulan, atau perwakilan dari sekelompok data.
Jadi disini MA ini sebetulnya mewakili atau menggambarkan pola pergerakan harga, dan BB (maksudnya bands standard deviasinya) adalah batas kemungkinan penyebaran harga yang sekarang sedang bergerak.
Jadi data yang kalau dilihat naked di chart terlihat acak-acakan dan don't make any senses, dengan MA ini bisa kelihatan sesungguhnya dia punya pola pergerakan.
Dapat pointnya yah sampai sini?

Nah ini dia gambar-gambar yang tadi kalau dilihat lagi dengan BB:











Lihat bagaimana 5 jam terakhir ini pergerakan nilai rata-rata dari kelompok data 24 jam-an.
Yang dilihat adalah bentuk pola pergerakan harga yang diwakili oleh MA dan posisi harga sekarang pada BB berdasarkan konsep standard deviasi. Kelihatan jelas kan? Mudah sebetulnya yah?

Nah ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama adalah jarak antar bands. Semakin jauh jaraknya artinya penyebaran data atau pergerakan harga semakin lebar, atau range-nya semakin lebar, dan semakin sempit jaraknya artinya range juga semakin sempit.
Kemudian ada kalanya nilai rata-ratanya selama beberapa waktu cenderung konstan, atau bergerak hanya sedikit-sedikit. Ini artinya perubahan data belum cukup signifikan untuk sampai bisa mengubah nilai rata-ratanya, atau bisa juga dikatakan secara umum transaksi yang terjadi masih disekitar itu-itu juga. Kondisi seperti ini yang dikatakan flat, atau sideways, dimana rules standard untuk OP berlaku, yaitu buy di lower bands dan sell di upper bands, atau singkatnya buy low sell high.
Sebaliknya ada juga dalam beberapa waktu nilai rata-ratanya cenderung bergerak ke satu arah, bisa naik atau bisa turun, kondisi yang biasa disebut trending. Ini bisa diartikan secara umum transaksi yang terjadi sedang mengarah ke satu arah, terlihat dari nilai rata-ratanya juga bergerak ke satu arah.
Dan terakhir posisi harga sekarang terhadap MA. Seperti yang sudah pernah saya bilang, ada prinsip home and away, harga bergerak mendekati atau menjauhi rata-ratanya. Dan harga yang sudah terlalu jauh dari rata-ratanya akan cenderung mendekati rata-ratanya.

Lalu berdasarkan prinsip arah dan batas, BBMA ini bisa berfungsi sebagai keduanya.
Sebagai pembatas, BB bisa digunakan untuk memprediksi batas kemungkinan penyebaran harga.
Lalu sebagai pengarah, dengan melihat kecenderungan arah MA kita bisa dapat kesimpulan arah pergerakan harga.
Dalam praktiknya yang digunakan sebagai pengarah adalah MA dengan periode yang kecil dan BB periode besar digunakan sebagai pembatas.

Dan ini adalah gambarnya 15 jam kemudian:



Bisa dilihat kan pergerakannya sejak awal hari ini?

Oke, sampai disini mudah-mudahan sudah bisa dapat yah idenya konsep analisa BBMA ini.
Segitu dulu deh, mudah-mudahan bermanfaat, next time Insya Allah lanjut ke yang lainnya.

Alhamdulillah, break dulu

Sunday, September 5, 2010

Dibalik Sebuah Konsep, part 2

Konsep Analisa BBMA

Bismillahirrahmanirrahim

Oke, melanjutkan tulisan yang part 1.
Saya lebih suka bicara sesuatu yang sifatnya prinsip atau hakikat daripada masalah teknis atau masalah yang sifatnya kulit luaran.

Di balik segala sesuatu yang kelihatan begitu rumit seringkali intinya sebetulnya sangat sederhana. Sekarang saya ingin share sedikit tentang inti yang saya tangkap dari dua konsep utama analisa yang Eyang Suhu KG tercinta ajarkan. Yang perlu diingat adalah dengan background saya yang rocker ini, jauh banget dari matematika dan statistik, mungkin saja apa yang saya tangkap ini berbeda dari apa yang dimaksud oleh Eyang Suhu. Jadi tolong diluruskan kalau salah yah.

Rata-rata dan standard deviasi

Sekarang mulai dengan konsep analisa yang pertama kali diperkenalkan Eyang Suhu yaitu konsep analisa BBMA.

Saya tidak ingin mengulang pelajaran-pelajarannya disini, itu sudah banyak dilakukan kawan-kawan yang lain di forum kgforexworld, dan untuk pelajaran lengkapnya silakan dicek disini: Belajar Menganalisa Chart Ala KG
Saya akan share apa yang saya lihat atau saya tangkap dibalik sistem dengan tools BB dan MA ini, sistem yang saya lebih suka menyebutnya oray pabeulit alias ular kusut.
Ide atau prinsip dibalik konsep BBMA ini adalah prinsip rata-rata dan standard deviasi. Kalau dengan bahasa saya sendiri sih intinya kita membaca penyebaran data (dalam kasus forex maksudnya data harga) disekitar nilai rata-ratanya. Jadi mari kita sadari dulu hal yang mendasar ini.

Sekarang tentang rata-rata dulu, kenapa dan apa sih rata-rata itu?
Kalau kata bahasa statistiknya sih rata-rata ini adalah nilai tengah dari sekelompok data.
Dan kalau menurut saya rata-rata adalah nilai yang paling mewakili suatu kelompok data, atau bisa juga dikatakan semacam kesimpulan lah dari sekelompok data.
Fungsinya nilai rata-rata ini adalah sebagai acuan atau patokan, atau pusat dimana data dalam satu kelompok tersebar.

Konsep rata-rata sangat umum digunakan sehari-hari dalam berbagai bidang. Kita biasa menilai atau menyimpulkan suatu kondisi berdasarkan konsep rata-rata. Apa pun itu, bisa harga pasaran mobil, bisa harga sembako, bisa kondisi ekonomi, harga properti, kesehatan, nilai akademik siswa di satu sekolah, cuaca, sepak bola, saya pikir dalam semua hal mungkin yah, atau at least hampir dalam semua hal deh kita menggunakan pendekatan rata-rata ini.

Contoh misalnya kalau saya berburu mobil Toyota Vios 2005 di Bandung. Saya hunting berkeliling, ke showroom, ke pedagang mobil bekas, dan juga langsung ke user, misalnya ke sepuluh tempat lah. Lalu saya dapat harga dari masing-masing tempat misal seperti ini: 130 juta, 135 juta, 130 juta, 127 juta, 128 juta, 132 juta, 125 juta, 128 juta, 130 juta, 132 juta.
Dari sepuluh tempat itu, dengan mengabaikan dulu kondisi mobil yang ditawarkan, saya akan mencari satu harga atau satu nilai yang paling mewakili berapa sih sebetulnya harga mobil tersebut.
Tinggal dijumlahkan semuanya, lalu dibagi 10, maka saya dapatkan 129,7 juta, atau supaya gampang dibulatkan saja jadi 130 juta lah. Nah itu harga rata-rata yang menjadi dasar acuan saya.
Lalu apakah saya harus membeli dengan harga 130 juta itu? Ya ngga juga, kan ada kisaran harga di atas dan dibawah rata-rata itu antara 125-135 juta, tinggal berapa jauh dari harga acuan itu yang bisa saya toleransi, ditambah juga pertimbangan lain seperti mengenai kondisi mobil atau yang lainnya.

Sekarang penerapannya dalam forex.
Seperti kita ketahui harga di market senantiasa bergerak (dengan asumsi ketika ada transaksi tentunya), naik dan turun, tiap jam, tiap menit, bahkan sampai tiap detik harga berubah. Harga seperti berlarian dengan liar. Tanpa acuan yang jelas kondisi yang labil seperti ini menyulitkan kita membaca pergerakannya. Dan acuan ini bisa kita didapatkan dari sebuah konsep.

Seperti gambar GU ini deh, ini gambar hari Jumat tanggal 3 September 2010.



Perhatikan saja 24 jam terakhir yang saya beri tanda garis vertikal. Disitu harga bergerak naik, turun, lalu naik lagi, dan berhenti pada akhir sesi di 1.5449.
Tanpa konsep yang jelas, apa yang bisa kita simpulkan dari situ?
Bahwa harga GU sekarang adalah 1.5449? Atau harga GU sekarang lebih tinggi dibandingkan harga 24 jam yang lalu, alias naik? Atau harga bergerak ngga karuan? Datanya tersebar dan terlihat acak.

Nah disinilah kita membutuhkan suatu acuan untuk menyusun data itu hingga mudah bagi kita membacanya.
Pertama-tama harga itu bergerak dan tersebar, karena itu kita kita butuh acuan untuk menentukan pusat pergerakannya.
Acuan yang kita gunakan adalah satu nilai yang mewakili, atau yang menjadi pusat pergerakan harga 24 jam terakhir ini. Disinilah kita gunakan nilai rata-rata, alias average.

Ini gambarnya



Ternyata, pergerakan atau perubahan harga 24 jam terakhir ini diwakili atau disimpulkan oleh satu harga, yaitu harga rata-ratanya, 1.5420.
Harga rata-rata ini kita jadikan acuan.
Bisa dilihat di garis rata-ratanya yang berwarna lime dan harga kelihatan tersebar diatas dan dibawahnya. Dan harga penutupan terakhir 1.5449 ada diatas rata-rata.
Sama saja seperti analogi mobil tadi bahwa harga mobil tersebar disekitar 130 juta, kita bisa katakan bahwa harga GU juga tersebar disekitar 1.5420.

Berikutnya adalah, berapa jauh harga akan tersebar disekeliling nilai rata-ratanya? Disini digunakan konsep standard deviasi.
Standard deviasi ini adalah ukuran penyebaran data. Jadi kita menggunakannya untuk mengukur dan memperkirakan kemungkinan penyebaran data.
Dalam kasus ini kita ingin mengukur dan memperkirakan penyebaran harga disekeliling nilai rata-ratanya.

Saya ngga paham perhitungannya, yang penting saya tahu probabilitas penyebarannya. Ini gambarnya yang saya copy dari wikipedia



Disitu terlihat probabilitas penyebaran data dengan standard deviasi.

Dan ini gambar GU dengan rata-rata dan standard deviasi



Disitu terlihat jelas batas-batas penyebaran harga. Kelihatan juga mayoritas data berada disekitar SD 1, sesuai dengan perhitungan SD diatas, dan jam 8.30 (waktu broker) harga mencapai SD 2 yang berarti dia mencapai 95.46% dari kemungkinan penyebarannya.
Sampai sini mudah-mudahan bisa terlihat jelas yah prinsip rata-rata dan standard deviasi.
Konsep BBMA dan tools yang digunakan disitu adalah manifestasi dari prinsip ini.

Sekarang bagaimana memanfaatkannya?

Yang pertama adalah harga bergerak dalam dua kemungkinan, menjauhi atau mendekati rata-ratanya. Saya menyebut ini prinsip home and away.
Jadi kalau kita ambil home, ambil posisi sejauh mungkin dari average dan kalau kita ambil away, ambil sedekat mungkin dengan average.
Yang kedua, sesuai konsep analisa KG yang mana saja, yang kita cari dalam analisa adalah arah dan batas. Dengan konsep rata-rata dan standard deviasi ini batasnya menjadi jelas. Kalau menurut saya dia bisa diibaratkan seperti frame tempat harga bergerak.
Saya ngga bicara arah dulu deh, atau malah ngga perlu yah, karena itu sih masalah teknis dan sepertinya semuanya sudah pada ngerti yah.

Oke, nanti sambung lagi deh.

Dibalik Sebuah Konsep, part 1

Ada kawan yang setelah bolak-balik membaca tulisan-tulisannya Eyang Suhu dan sudah beberapa kali juga saya jelaskan ternyata masih bingung juga dengan BBMA. Tiap kita ngobrol dia suka tanya: ini trendnya naik ya, jadi kita buy nih? Atau ini trendnya turun ya, terus kita sell aja nih?
Yang paling bikin saya geli adalah pertanyaan kapan OP-nya nih? Buset deh, satu hal ini saya paling ngga bisa jawab. Lha orang jawabannya terserah masing-masing kok, asal ngerti resikonya.
Akhirnya saya tanya dia, do you get the idea? Dapet idenya ga sih? Eh dia malah bilang, no, so what's the idea? Waduh Gusti!

Dan ternyata, dia ngga sendiri, ada juga yang lain bilang sama saya dia juga kesulitan.
Dia bingung lihat chart kawan-kawan di forum begitu bervariasi, tiap orang sepertinya punya setup sendiri. Apalagi ditambah adanya konsep KGBS bikin dia jadi tambah bingung. Yang lebih profit yang mana sih, katanya.
Ya saya jawab begini, kalau ibaratnya dunia Wiro Sableng, kapak sama pedang lebih ampuh mana?
Ya gimana pakenya kan? Buktinya Pangeran Matahari sempat pake kapak 212 tewas juga tuh.

Mungkin masih banyak kawan-kawan yang lain yang mengalami kesulitan yang sama.

Berangkat dari situ saya berpikir sepertinya ada sesuatu yang miss nih. Beberapa hari belakangan ini setelah saya pikir-pikir, penyebabnya mungkin karena mereka ini belum dapat intisarinya. Mereka baru sebatas melihat tools, atau indikatornya, tapi belum bisa lihat konsepnya, atau ide dibelakangnya.
Kalau ibarat dalam beragama sih, baru lihat madzabnya atau fikihnya tapi belum bisa lihat hakikatnya. Baru lihat teknis kulitnya tapi masing-masing udah pada ngotot bilang, ini lho jalan lurus ke sorga. Padahal intinya apaan juga kagak ngarti! Ya ke sorga aja lah sono, write me when you get there!

Jadi melalui tulisan ini saya ingin berbagi tentang apa sih sebetulnya yang ada dibalik konsep analisa yang kita gunakan, atau ada logika apa sebetulnya yang mendasarinya. Dengan memahami logika dibelakangnya nantinya akan lebih mudah bagi kita untuk mempelajari masalah teknisnya.

LinkWithin

 

Cho